Rekan rekan tercinta pengunjung blog Pumita yang mempunyai bakat / hobby tulis menulis, fotografi, atau apa aja deh... yang penting bermanfaat ,..... bisa mengirimkan hasil karyanya untuk di muat di blog ini atau di buletin Hidayah..kirimkan karya anda ke e'mail :pumitabusan@yahoo.com..atas partisipasinya kami ucapkan banyak terima kasih.
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Friday, January 4, 2008

Ketika Pondok Pesantren Pelopori Konservasi Lingkungan di Lombok

Tiap Santri dan Orang Tua Punya Pohon Asuh di Hutan
Pondok Pesantren Qomarul Huda di Kabupaten Lombok Tengah, NTB, menjadi ponpes pelopor dalam konservasi lingkungan. Tak tanggung-tanggung, setiap tahun ponpes menargetkan menghijaukan 100 hektare hutan kritis di kawasan Gunung Rinjani.

AGUS WAHAJI, Lombok Tengah

TAK seperti biasa, pagi itu Sembalun, salah satu pintu pendakian menuju puncak Gunung Rinjani yang terletak di wilayah Kabupaten Lombok Timur, dipenuhi ratusan orang bersarung. Ini pemandangan yang tak biasa bagi warga sekitar lereng gunung. Sebab, orang luar yang lewat ke sana umumnya para pendaki.

Gunung dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut itu memang impian para highlander. Di puncak terdapat danau biru bernama Segara Anak yang sangat indah. Pendaki umumnya ingin berada di atas sebelum fajar menjelang. Dari puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia itulah, mereka merasakan sensasi indahnya matahari terbit.

Namun, rombongan orang dengan baju kaus dan bersarung itu bukan hendak mendaki. Kebanyakan malah hanya bersandal. Mereka bahkan tak terlalu biasa berjalan jauh. Terbukti, mereka sering terlihat ngos-ngosan saat naik perbukitan, sehingga beberapa kali harus beristirahat.

Setelah menempuh sekitar dua kilometer dari jalan terdekat, puluhan orang itu berhenti. Di kawasan hutan yang agak gundul itulah, mereka berhenti. Agenda kegiatan hari itu: menanam bibit pohon.

Pondok Pesantren Qomarul Huda, sebuah pesantren terkenal yang berlokasi di Desa Bagu, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, pagi tepat menjelang pergantian tahun (31/12) sedang punya gawe besar. Atas kerja sama PB NU, Departemen Kehutanan RI, dan Pemkab Lombok Timur, ponpes itu punya program menghijaukan (konservasi) lahan seluas 500 hektare di Sembalun, lereng Rinjani.

Sembalun sebetulnya jauh dari lokasi pondok berdiri. Para santri itu harus diangkut truk untuk menuju lokasi yang jauhnya sekitar 150 kilometer dari pondok atau tiga jam perjalanan. Namun, ponpes sepakat menghijaukan kawasan itu karena menjadi tempat sumber air bersih yang melimpah bagi warga Lombok.

"Pondok pesantrean juga harus berperan menjaga lingkungan," ujar Ketua Yayasan Ponpes Qomarul Huda Ustad H Lalu Azhari kepada Lombok Post (Grup Jawa Pos).

Setiap tahun, kata Azhari, ditargetkan ponpes mengonservasi hutan 100 hektare. Dengan demikian, program itu baru tuntas dalam lima tahun ke depan.

Setelah semua siap, tepat pukul 11.00 Wita acara konservasi perdana pun dimulai. Berbagai macam bibit yang mereka bawa disemai di sekitar lahan. Penanaman perdana dilakukan oleh pimpinan pondok. Setelah itu dilanjutkan ribuan santri, para wali santri, serta masyarakat sekitar.

Prosesi konservasi berlangsung sederhana. Juga tidak ada sambutan formal. Salah satu pengurus yayasan didaulat menjadi pemimpin doa agar bibit yang ditanam bisa hidup dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Setiap bibit ditanam oleh dua orang. Satu orang menggali lubang, satunya lagi mengambil air. Jenis bibit yang ditanam beraneka ragam, mulai dari sengon, gaharu, sampai jarak. Sampai tengah hari sudah lebih dari 10 ribu bibit yang ditanam.

Azhari menegaskan, santri dan wali santri tidak sebatas menanam. Mereka selanjutnya diberi tanggung jawab memelihara pohon itu sampai besar. "Kami yakin dalam setahun bisa mengonservasi lahan seluas 100 hektare," katanya.

Agar kegiatan konservasi hutan oleh santri, wali santri, dan masyarakat sekitar berhasil, sebelumnya Ponpes Qomarul Huda mengajarkan cara pembibitan. "Mereka diharapkan bisa mandiri setelah program konservasi selesai," kata Azhari.

Konservasi selama lima tahun itu, lanjut Azhari, dititikberatkan pada penanaman bibit, pemeliharaan pohon yang sudah ada maupun yang baru ditanam, serta pembibitan.

Agar pohon yang telah tumbuh tidak ditebang, Ponpes Qomarul Huda menjalin kerja sama dengan pemerintah desa di sekitar hutan. Kesepakatan itu ditindaklanjuti dengan pembuatan peraturan desa. Warga yang menebang pohon akan mendapat sanksi sesuai jenis dan besarnya pohon yang mereka tebang.

Kepedulian Ponpes Qomarul Huda pada kondisi lingkungan tidak sebatas mengonservasi hutan kritis saja. Tahun lalu, misalnya, ponpes itu berhasil mengajak solidaritas masyarakat sekitar pondok untuk menghijaukan lingkungan pesantren.

Hasilnya, kata Azhari, total yang ditanam mencapai 50 ribu bibit. Penanaman dilakukan di pekarangan pesantren, tanah yayasan, dan pekarangan warga sekitar. Saat ini halaman laboratorium pondok ditumbuhi berbagai jenis bibit yang baru berusia sekitar dua bulan.

Ponpes Qomarul Huda di bawah asuhan Tuan Guru H. Lalu Turmudzi Badaruddin didirikan pada 1962. Awalnya, ponpes itu hanya memiliki lembaga pendidikan madrasah ibtidaiah. Kini, pondok yang punya 4.493 santri tersebut mempersiapkan pendidrian universitas.

Dari pengalaman menanam pohon di lingkungan pesantren itulah, ide menghijaukan hutan kritis di Sembalun, lereng Gunung Rinjani, itu dilaksanakan. Nama besar ponpes dan pengaruh para kiai pengasuhnya menjadi nilai tawar tinggi bagi masyarakat Lombok yang terkenal religius.

Sebagai imbal jasa kepada wali santri dan masyarakat sekitar hutan, Ponpes Qomarul Huda memperbolehkan sejumlah kawasan hutan konservasi ditanami berbagai tanaman pertanian.

"Masyarakat boleh menanam bawang atau yang lain di sela-sela bibit yang telah ditanam," kata Azhari. (el)



SUMBER : JAWAPOS.COM

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket